Menghitung harga jual Nikel ore dari tambang FOB Tongkang ada sedikit perhitungannya dan adalah sebagai berikut.
Misalkan harga di London Metal Exchange (LME) = US$13000/ton
Dan Nilai Kadar Nikel Ore minimum Ni = 1.8%
Maka rumusan = LME x RF x 2.20262 x Ni% x MC% x 1000
dimana :

RF = Recovery Factor
MC = Moisture Content
Ni% = Kadar Ni

RF pada Ni=1.8% = 18
RF pada Ni=2% = 19
RF pada Ni=2.2% = 20
Moisture Content umumnya 30%

Maka Contoh perhitungan :
Harga Ni = US$.13000 x 18 x 2.20262 x 1.8 x 30 x 1000
adalah = US$ 27.8 (pada Ni=1.8%)

Demikian maka tergantung LMEnya yang selalu flutuatif... namun para pengamat memprediksi bahwa di akhir 2009 harga akan mulai merangkak naik seiring dengan pengembangan proyek industry di negara negara besar China, dan di Eropa .

value="http://www.youtube.com/v/QDqskltCixA&hl=en_US&fs=1&border=1">
The Earth is formed by accretion of spatial particulates and large masses and eventually formes an outer crust. Video follows with speculation of early plates and land masses and their movement through time. **Clip taken from National Geographics**

Abong Prospect

Barisan 1 Property – Detailed historic exploration data for the Abong sediment-hosted gold
prospect, previously worked by North Limited and Rio Tinto, has been purchased and reviewed. In addition to East Asia results, the historic data identifies five mineralized zones. The best of these is the Sarah zone, with historic channel sample results including 16.0 metres of 3.84 g/t gold, 20.0 metres of 2.04 g/t gold, and 16.0 metres of 3.68 g/t gold. At the Narara 1 prospect, historic grab samples are reported with “bonanza” epithermal gold grades, some with visible gold in hand specimen. These include 16.87g/t gold, 129.0g/t gold, 22.6g/t gold, 21.5g/t gold and 54.9g/t gold.

Preliminary rock chip sampling by East Asia has encountered grades as high as 3.52 g/t gold and 29.0 g/t silver (August 30, 2007 news release). Review of the historic data supports the previous East Asia observations that the limited past drilling did not properly test the gold anomalous surface samples. This appears to be due to the limited understanding of the structural controls to the surface mineralization (i.e. testing high grade zone away from
mapped feeder structures), and the program being terminated prematurely in 1998 due to non-technical reasons.

Miwah Project

At the Miwah epithermal gold-copper Project, previously worked by Highlands Gold, ninety-one
rock channel and grab samples were collected by East Asia from a vuggy silica and massive silica–alunite-clay breccia. Results include 6.0 metres of 3.63 g/t gold, 6.5 metres of 2.66 g/t gold, 30.0 metres of 1.12g/t gold, and 12.0 metres of 1.33g/t gold. The breccia zone hosting these gold rich samples is 600 metres by 250 metres in extent, and is essentially untested by drilling (three shallow holes at the south extreme). Elsewhere on the property ongoing
exploration is focused on improving the definition of higher grade gold in structures that are perpendicular to the historic drilling where grades outside the structures include 71.0 metres at 1.4 g/t gold and 58.0 metres at 1.1 g/t.

For more informatioan download this article.

Tectonic setting of synorogenic gold deposits of the Pacific Rim


More than 420 million oz of gold were concentrated in circum-Pacific synorogenic quartz lodes mainly during two periods of continental growth, one along the Gondwanan margin in the Palaeozoic and the other in the northern Pacific basin between 170 and 50 Ma. These ores have many features in common and can be grouped into a single type of lode gold deposit widespread throughout clastic sedimentary-rock dominant terranes. The auriferous veins contain only a few percent sulphide minerals, have gold:silver ratios typically greater than 1:1, show a distinct association with medium grade metamorphic rocks, and may be associated with large-scale fault zones. Ore fluids are consistently of low salinity and are CO2-rich.

In the early and middle Palaeozoic in the southern Pacific basin, a single immense turbidite sequence was added to the eastern margin of Gondwanaland. Deformation of these rocks in southeastern Australia was accompanied by deposition of at least 80 million oz of gold in the Victorian sector of the Lachlan fold belt mainly during the Middle and Late Devonian.
Lesser Devonian gold accumulations characterized the more northerly parts of the Gondwanan margin within the Hodgkinson–Broken River and Thomson fold belts. Additional lodes were emplaced in this flyschoid sequence in Devonian or earlier Palaeozoic times in what is now the Buller terrane, Westland, New Zealand. Minor post-Devonian growth of Gondwanaland included terrane collision and formation of gold-bearing veins in the Permian in Australia’s New England
fold belt and in the Jurassic-Early Cretaceous in New Zealand’s Otago schists.

For more information download this article.



Sampel dari Test Pit

  1. Sampel batuan, iron ore / bijih besi dari lapangan harus ditimbang terlebih dahulu. Catat beratnya di form yang telah tersedia.
  2. Setelah ditimbang, sampel batuan dari lapangan kemudian dicuci dengan air untuk menghilangkan tanahnya.
  3. Sampel batuan hasil cuci, kemudian dimasukan ke wadah atau tempat yang disediakan.
  4. Wadah yang berisi sampel batuan dimasukan kedalam open atau dijemur dibawah terik matahari.
  5. Setelah kering, timbang beratnya. Catat beratnya di form yang telah tersedia.
  6. Sampel batuan kemudian di screening atau dipisahkan menjadi dua ukuran menggunakan screen dengan diameter 10 mm.
  7. Ukuran halus atau Fines Ore berukuran <>
  8. Ukuran kasar atau Lumps Ore berukuran > 10 mm tertinggal di screen.
  9. Timbang berat Fines ore dan Lumps Ore. Catat beratnya di form yang telah tersedia.
  10. Masukan Fines Ore kedalam kantong plastik rangkap dua yang sudah diberi label, diikat dan disimpan ditempat yang telah disediakan.
  11. Masukan Lumps Ore kedalam kantong plastik rangkap dua yang sudah diberi label, diikat dan disimpan ditempat yang telah disediakan
  12. Hitung Ore Recoverynya dengan rumus sbb :
    Fines Ore Recovery = Berat Fines Ore / Berat sampel dari lapangan x 100 %
    Lumps Ore Recovery = Berat Lumps Ore / Berat sampel dari lapangan x 100 %
    Total Ore Recovery = Fines + Lumps Ore Recovery


The Geologic Setting of Intrusion-Related Hydrothermal Systems near the
Batu Hijau Porphyry Copper-Gold Deposit, Sumbawa, Indonesia

The Batu Hijau deposit,9l4 million tonnes at an average grade of 0.53 percent copper and 0.40 g/t
gold, lies within a 12 by 6 km district that contains several mineralizedd centers. The oldest rocks exposed consist of an Early to Middle Miocene andesitic volcaniclastic succession.This is sequence has been cut by several phase of intermediate o felsic intrusion, Middlle Miocene to the mid-Pliocene in age. and a late andesitic diatreme and dike complex. The volcaniclastic rocks and intrusion in the district, typically of low K, calc-alkaline affinity, form part of the Sunda-Banda magmatic arc, which is underlain by occeanic crust near Sumbawa.

The margins of easterlly elongated quartz diorite plutons focused brittle deformation,.....Download this geologic setting of intrusion complate article.


Beberapa tahun yang lalu diajak teman untuk menjadi saksi ahli untuk pengertian ekplorasi dan eksploitasi di kota Padang. Namun, di sini yang menarik bukan kasusnya, tetapi tipe bijih besi yang ada di daerah sengketanya. Hampir sebagian besar bijih besi di dunia dihasilkan dari endapan bertipe BIF (Banded Iron Formation), yaitu suatu bijih yang terusun oleh lapis-lapis oksida besi (hematit atau magnetit bersama-sama kuarsa). Ada beberapa tipe bijih besi yang lain yang cukup menarik, terutama di Indonesia... seperti skarn, laterit, dan sedimenter.

Tipe bijih besi di daerah sengketa sebenarnya secara pasti belum bisa ditentukan, karena keterbatasan data dan kualitas data sekunder yang tidak begitu baik. Namun, dilihat dari kandungan besinya yang tinggi, dengan kadar titanium yang rendah kemungkinan besar bijih besi ini merupakan endapan hidrotermal, misalnya skarn. Selain kandungan unsur-unsur ini, di sekitar bijih itu dijumpai beberapa bongkah-bongkah batugamping dan batuan beku (granit). Jadi, kemungkinan tipe mineralisasi besi di daerah sengketa ini hampir 70% dapat dipastikan berupa endapan skarn. Nah, selain besi adakah unsur lain yang menarik pada endapan jenis ini?

Seperti telah diketahui, granit di Sumatra sebagian besar merupkan granit pembawa timah (tin granite). Biasanya selain unsur Sn (timah putih) kemungkinan besar bisa dijumpai unsur tungsten (W) yang bernilai sangat ekonomis. Mobilitas tungsten mungkin lebih tinggi daripada Sn (cek deh di buku geokimia), sehingga ketika pembentukan skarn Sn tetap nongkrong pada batuan pembawanya, granit sedangkan W berkeliaran bersama-sama larutan hidrotermal (mungkin lho...). Makanya pada fase pembentukan skarn, Fe mestinya akan berasosiasi dengan sedikit W. Justru, W -lah yang lebih menarik di daerah ini dibandingkan dengan Fe-nya sendiri. Btw, kehadiran mineral-mineral yang mengandung tungsten belum dapat dipastikan, masih perlu dicek dengan asahan poles (mineragrafi) dan microprobe.

Nah kalau ada yang mau beli bijih besi dengan harga lumayan, jangan dijual dulu... cek lah terlebih dahulu apakah ada unsur lain yang mungkin lebih mahal daripada besi? Apakah tungsten (W), vanadium (V), titanium (Ti) ataukah emas (Au)-nya. Kalau nggak barangkali akan kecolongan yang kedua kali setelah kasus PT Freeport beberapa tahun silam.

Bijih Besi

Pendahuluan

Besi merupakan logam kedua yang paling banyak di bumi ini. Karakter dari endapan besi ini bisa berupa endapan logam yang berdiri sendiri namun seringkali ditemukan berasosiasi dengan mineral logam lainnya. Kadang besi terdapat sebagai kandungan logam tanah (residual), namun jarang yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Endapan besi yang ekonomis umumnya berupa Magnetite, Hematite, Limonite dan Siderite. Kadang kala dapat berupa mineral: Pyrite, Pyrhotite, Marcasite, dan Chamosite.
Beberapa jenis genesa dan endapan yang memungkinkan endapan besi bernilai ekonomis antara lain :
1. Magmatik: Magnetite dan Titaniferous Magnetite
2. Metasomatik kontak: Magnetite dan Specularite
3. Pergantian/replacement: Magnetite dan Hematite
4. Sedimentasi/placer: Hematite, Limonite, dan Siderite
5. Konsentrasi mekanik dan residual: Hematite, Magnetite dan Limonite
6. Oksidasi: Limonite dan Hematite
7. Letusan Gunung Api
Dari mineral-mineral bijih besi, magnetit adalah mineral dengan kandungan Fe paling tinggi, tetapi terdapat dalam jumlah kecil. Sementara hematit merupakan mineral bijih utama yang dibutuhkan dalam industri besi. Mineral-mineral pembawa besi dengan nilai ekonomis dengan susunan kimia, kandungan Fe dan klasifikasi komersil dapat dilihat pada Tabel dibawah ini:

Tabel mineral-mineral bijih besi bernilai ekonomis

Mineral

Susunan kimia

Kandungan Fe (%)

Klasifikasi komersil

Magnetit

FeO, Fe2O3

72,4

Magnetik atau bijih hitam

Hematit

Fe2O3

70,0

Bijih merah

Limonit

Fe2O3.nH2O

59 - 63

Bijih coklat

Siderit

FeCO3

48,2

Spathic, black band, clay ironstone

Sumber : Iron & Ferroalloy Metals in (ed) M. L. Jensen & A. M. Bafeman, 1981; Economic Mineral Deposits, P. 392.

Normal 0 false false false EN-US X-NONE X-NONE MicrosoftInternetExplorer4

Besi primer ( ore deposits )

Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.

Perubahan ini disebabkan karena adanya panas dan bahan cair (fluida) yang berasal dari aktivitas magma tersebut. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan samping sehingga menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung bijih.

Besi sekunder ( endapan placer )

Cebakan mineral alochton dibentuk oleh kumpulan mineral berat melalui proses sedimentasi, secara alamiah terpisah karena gravitasi dan dibantu pergerakan media cair, padat dan gas/udara. Kerapatan konsentrasi mineral-mineral berat tersebut tergantung kepada tingkat kebebasannya dari sumber, berat jenis, ketahanan kimiawi hingga lamanya pelapukan dan mekanisma. Dengan nilai ekonomi yang dimilikinya para ahli geologi menyebut endapan alochton tersebut sebagai cebakan placer.

Jenis cebakan ini telah terbentuk dalam semua waktu geologi,

tetapi kebanyakan pada umur Tersier dan masa kini, sebagian besar merupakan cadangan berukuran kecil dan sering terkumpul dalam waktu singkat karena tererosi. Kebanyakan cebakan berkadar rendah tetapi dapat ditambang karena berupa partikel bebas, mudah dikerjakan dengan tanpa penghancuran; dimana pemisahannya dapat menggunakan alat semi-mobile dan relatif murah. Penambangannya biasanya dengan cara pengerukan, yang merupakan metoda penambangan termurah.

Cebakan-cebakan placer berdasarkan genesanya:

G e n e s a



J e n i s

Terakumulasi in situ selama pelapukan



Placer residual

Terkonsentrasi dalam media padat yang bergerak



Placer eluvial

Terkonsentrasi dalam media cair yang bergerak (air)



· Placer aluvial atau sungai

· Placer pantai

Terkonsentrasi dalam media gas/udara yang bergerak



Placer Aeolian (jarang)

Placer residual. Partikel mineral/bijih pembentuk cebakan terakumulasi langsung di atas batuan sumbernya (contoh : urat mengandung emas atau kasiterit) yang telah mengalami pengrusakan/peng-hancuran kimiawi dan terpisah dari bahan-bahan batuan yang lebih ringan. Jenis cebakan ini hanya terbentuk pada permukaan tanah yang hampir rata, dimana didalamnya dapat juga ditemukan mineral-mineral ringan yang tahan reaksi kimia (misal : beryl).

Placer eluvial. Partikel mineral/bijih pembentuk jenis cebakan ini diendapkan di atas lereng bukit suatu batuan sumber. Di beberapa daerah ditemukan placer eluvial dengan bahan-bahan pembentuknya yang bernilai ekonomis terakumulasi pada kantong-kantong (pockets) permukaan batuan dasar.

Placer sungai atau aluvial. Jenis ini paling penting terutama yang berkaitan dengan bijih emas yang umumnya berasosiasi dengan bijih besi, dimana konfigurasi lapisan dan berat jenis partikel mineral/bijih menjadi faktor-faktor penting dalam pembentukannya. Telah dikenal bahwa fraksi mineral berat dalam cebakan ini berukuran lebih kecil daripada fraksi mineral ringan, sehubungan : Pertama, mineral berat pada batuan sumber (beku dan malihan) terbentuk dalam ukuran lebih kecil daripada mineral utama pembentuk batuan. Kedua, pemilahan dan susunan endapan sedimen dikendalikan oleh berat jenis dan ukuran partikel (rasio hidraulik).

Placer pantai. Cebakan ini terbentuk sepanjang garis pantai oleh pemusatan gelombang dan arus air laut di sepanjang pantai. Gelombang melemparkan partikel-partikel pembentuk cebakan ke pantai dimana air yang kembali membawa bahan-bahan ringan untuk dipisahkan dari mineral berat. Bertambah besar dan berat partikel akan diendapkan/terkonsentrasi di pantai, kemudian terakumulasi sebagai batas yang jelas dan membentuk lapisan. Perlapisan menunjukkan urutan terbalik dari ukuran dan berat partikel, dimana lapisan dasar berukuran halus dan/ atau kaya akan mineral berat dan ke bagian atas berangsur menjadi lebih kasar dan/atau sedikit mengandung mineral berat.

Placer pantai (beach placer) terjadi pada kondisi topografi berbeda yang disebabkan oleh perubahan muka air laut, dimana zona optimum pemisahan mineral berat berada pada zona pasang-surut dari suatu pantai terbuka. Konsentrasi partikel mineral/bijih juga dimungkinkan pada terrace hasil bentukan gelombang laut. Mineral-mineral terpenting yang dikandung jenis cebakan ini adalah : magnetit, ilmenit, emas, kasiterit, intan, monazit, rutil, xenotim dan zirkon.

Mineral ikutan dalam endapan placer. Suatu cebakan pasir besi selain mengandung mineral-mineral bijih besi utama tersebut dimungkinkan berasosiasi dengan mineral-mineral mengandung Fe lainnya diantaranya : pirit (FeS2), markasit (FeS), pirhotit (Fe1-xS), chamosit [Fe2Al2 SiO5(OH)4], ilmenit (FeTiO3), wolframit [(Fe,Mn)WO4], kromit (FeCr2O4); atau juga mineral-mineral non-Fe yang dapat memberikan nilai tambah seperti : rutil (TiO2), kasiterit (SnO2), monasit [Ce,La,Nd, Th(PO4, SiO4)], intan, emas (Au), platinum (Pt), xenotim (YPO4), zirkon (ZrSiO4) dan lain-lain.

Eksplorasi bijih besi

Penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi di Indonesia sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak, sehingga diperlukan penyusunan pedoman teknis eksplorasi bijih besi. Pedoman dimaksudkan sebagai bahan acuan berbagai pihak dalam melakukan kegiatan penyelidikan umum dan eksplorasi bijih besi primer, agar ada kesamaan dalam melakukan kegiatan tersebut diatas sampai pelaporan.

Tata cara eksplorasi bijih besi primer meliputi urutan kegiatan eksplorasi sebelum pekerjaan lapangan, saat pekerjaan lapangan dan setelah pekerjaan lapangan. Kegiatan sebelum pekerjaan lapangan ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai prospek cebakan bijih besi primer, meliputi studi literatur dan penginderaan jarak jauh. Penyediaan peralatan antara lain peta topografi, peta geologi, alat pemboran inti, alat ukur topografi, palu dan kompas geologi, loupe, magnetic pen, GPS, pita ukur, alat gali, magnetometer, kappameter dan peralatan geofisika.

Kegiatan pekerjaan lapangan yang dilakukan adalah penyelidikan geologi meliputi pemetaan; pembuatan paritan dan sumur uji, pengukuran topografi, survei geofisika dan pemboran inti.

Kegiatan setelah pekerjaan lapangan yang dilakukan antara lain adalah analisis laboratorium dan pengolahan data. Analisis laboratorium meliputi analisis kimia dan fisika. Unsur yang dianalisis kimia antara lain : Fetotal, Fe2O3, Fe3O4, TiO2, S, P, SiO2, MgO, CaO, K2O, Al2O3, LOI. Analisis fisika yang dilakukan antara lain : mineragrafi, petrografi, berat jenis (BD). Sedangkan pengolahan data adalah interpretasi hasil dari penyelidikan lapangan dan analisis laboratorium.

Tahapan eksplorasi adalah urutan penyelidikan geologi yang umumnya dilakukan melalui empat tahap sbb : Survei tinjau, prospeksi, eksplorasi umum, eksplorasi rinci. Survei tinjau, tahap eksplorasi untuk mengidentifikasi daerah-daerah yang berpotensi bagi keterdapatan mineral pada skala regional. Prospeksi, tahap eksplorasi dengan jalan mempersempit daerah yg mengandung endapan mineral yg potensial. Eksplorasi umum, tahap eksplorasi yang rnerupakan deliniasi awal dari suatu endapan yang teridentifikasi .

Eksplorasi rinci, tahap eksplorasi untuk mendeliniasi secara rinci dalarn 3-dimensi terhadap endapan mineral yang telah diketahui dari pencontohan singkapan, paritan, lubang bor, shafts dan terowongan.

Penyelidikan geologi adalah penyelidikan yang berkaitan dengan aspek-aspek geologi diantaranya : pemetaan geologi, parit uji, sumur uji. Pemetaan adalah pengamatan dan pengambilan conto yang berkaitan dengan aspek geologi dilapangan. Pengamatan yang dilakukan meliputi : jenis litologi, mineralisasi, ubahan dan struktur pada singkapan, sedangkan pengambilan conto berupa batuan terpilih.

Penyelidikan Geofisika adalah penyelidikan yang berdasarkan sifat fisik batuan, untuk dapat mengetahui struktur bawah permukaan, geometri cebakan mineral, serta sebarannya secara horizontal maupun secara vertical yang mendukung penafsiran geologi dan geokimia secara langsung maupun tidak langsung.

Pemboran inti dilakukan setelah penyelidikan geologi dan penyelidikan geofisika. Penentuan jumlah cadangan (sumberdaya) mineral yang mempunyai nilai ekonomis adalah suatu hal pertama kali yang perlu dikaji, dihitung sesuai standar perhitungan cadangan yang berlaku, karena akan berpengaruh terhadap optimasi rencana usaha tambang, umur tambang dan hasil yang akan diperoleh.

Dalam hal penentuan cadangan, langkah yang perlu diperhatikan antara lain :

- Memadai atau tidaknya kegiatan dan hasil eksplorasi.

- Kebenaran penyebaran dan kualitas cadangan berdasarkan korelasi seluruh data eksplorasi seperti pemboran, analisis conto, dll.

- Kelayakan penentuan batasan cadangan, seperti Cut of Grade, Stripping Ratio, kedalaman maksimum penambangan, ketebalan minimum dan sebagainya bertujuan untuk mengetahui kondisi geologi dan sebaran bijih besi bawah permukaan.

Recommended Money Makers